Askep Abortus
Bab 1 Pendahuluan
A. Latar Belakang
Dalam
dunia keperawatan kita sering menjumpai berbagai kasus diantaranya kasus-kasus
tindakan Abortus. Angka kejadian abortus diperkirakan frekuensi dari abortus
spontan berkisar 10-15%. Frekuensi ini dapat mencapai angka 50% jika
diperhitungkan banyak wanita mengalami kehamilan dengan usia sangat dini,
terlambatnya menarche selama beberapa hari, sehingga seorang wanita tidak
mengetahui kehamilannya. Di Indonesia, diperkirakan ada 5 juta kehamilan
per-tahun, dengan demikian setiap tahun terdapat 500.000-750.000 janin yang
mengalami abortus spontan.
Untuk
itu kita sebagai seorang perawat, harus mampu memahami tentang Abortus. Dalam
makalah ini penulis hendak membahas tentang abortus, apa dan bagaima tindakan
abortus , serta proses keperawatan dalam kasus-kasu abortus.
Pengertian
abortus (pengguguran kandungan) menurut hukum ialah tindakan menghentikan
kehamilan atau mematikan janin sebelum waktu kelahiran, tanpa melihat usia
kandungannya. Juga tidak dipersoalkan, apakah dengan pengguguran kehamilan
tersebut lahir bayi hidup atau mati (Yurisprudensi Hoge qaad HR 12 April 1898).
B. Tujuan Penulisan
Tujuan dalam penulisan makalah ini
ialah:
1. Apa
itu abortus?
2. Sebutkan
jenis-jenis abortus?
3. Apa
faktor penyebab abortus?
4. Bagaimana
penanganan kasus abortus?
5. Bagaimana
asuhan keperawatan dalam abortus?
Bab 2 Tinjauan Teoritis
A. Definisi
Gugur kandungan atau aborsi (bahasa
Latin: abortus)
adalah berhentinya kehamilan sebelum usia kehamilan
20 minggu yang mengakibatkan kematian janin.
Apabila janin lahir selamat (hidup) sebelum 38 minggu namun setelah 20 minggu,
maka istilahnya adalah kelahiran
prematur.
Abortus
adalah pengakhiran kehamilan dengan cara apapun sebelum janin cukup berkembang
untuk dapat hidup di luar kandungan. Bila abortus terjadi secara spontan,
istilah keguguran lazim digunakan oleh orang-orang awam.
Pengertian
abortus (pengguguran kandungan) menurut hukum ialah tindakan menghentikan
kehamilan atau mematikan janin sebelum waktu kelahiran, tanpa melihat usia
kandungannya. Juga tidak dipersoalkan, apakah dengan pengguguran kehamilan
tersebut lahir bayi hidup atau mati (Yurisprudensi Hoge qaad HR 12 April 1898).
Pengguguran
kandungan buatan karena indikasi medik disebut abortus terapeutik
(Prawirohardjo, S, 2002).
Abortus
adalah keluarnya janin sebelum mencapai viabilitas. Dimana masa gestasi belum
mencapai usia 22 minggu dan beratnya kurang dari 500gr (Derek
liewollyn&Jones, 2002).
B. Jenis-jenis Abortus
1.
Abortus
spontanea (abortus yang berlangsung tanpa tindakan)
Yaitu:
1) Abortus
Imminens
Abortus
Imminens adalah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan
sebelum 20 minggu, dimana hasil konsepsi masih dalam uterus, dan tanpa adanya
dilatasi serviks. Diagnosis abortus imminens ditentukan apabila terjadi
perdarahan pervaginam pada paruh pertama kehamilan. Yang pertama kali muncul
biasanya adalah perdarahan, dari beberapa jam sampai beberapa hari kemudian
terjadi nyeri kram perut. Nyeri abortus mungkin terasa di anterior dan jelas
bersifat ritmis, nyeri dapat berupa nyeri punggung bawah yang menetap disertai
perasaan tertekan di panggul, atau rasa tidak nyaman atau nyeri tumpul di garis
tengah suprapubis. Kadang-kadang terjadi perdarahan ringan selama beberapa
minggu. Dalam hal ini perlu diputuskan apakah kehamilan dapat dilanjutkan.
Sonografi
vagina,pemeriksaan kuantitatif serial kadar gonadotropin korionik (hCG) serum,
dan kadar progesteron serum, yang diperiksa tersendiri atau dalam berbagai
kombinasi, untuk memastikan apakah terdapat janin hidup intrauterus. Dapat juga
digunakan tekhnik pencitraan colour and pulsed Doppler flow per vaginam dalam
mengidentifikasi gestasi intrauterus hidup. Setelah konseptus meninggal, uterus
harus dikosongkan. Semua jaringan yang keluar harus diperiksa untuk menentukan
apakah abortusnya telah lengkap. Kecuali apabila janin dan plasenta dapat
didentifikasi secara pasti, mungkin diperlukan kuretase. Ulhasonografi abdomen
atau probe vagina dapat membantu dalam proses pengambilan keputusan ini.
Apabila di dalam rongga uterus terdapat jaringan dalam jumlah signifikan, maka
dianjurkan dilakukan kuretase.
2) Abortus
Insipiens
Abortus
Insipiens adalah peristiwa perdarahan uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu
dengan adanya dilatasi serviks uteri yang meningkat tetapi hasil konsepsi masih
dalam uterus. Dalam hal ini rasa mules menjadi lebih sering dan kual perdarahan
bertambah. Pengeluaran hasil konsepsi dapat dilaksanakan dengan kuret vakum
atau dengan cunam ovum, disusul dengan kerokan.
3) Abortus
lnkompletus
Abortus Inkompletus
adalah pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu
dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus. Apabila plasenta (seluruhnya
atau sebagian) tertahan di uterus, cepat atau lambat akan terjadi perdarahan
yang merupakan tanda utama abortus inkompletus. Pada abortus yang lebih lanjut,
perdarahan kadang-kadang sedemikian masif sehingga menyebabkan hipovolemia
berat.
4) Abortus
Kompletus
Pada abortus kompletus
semua hasil konsepsi sudah dikeluarkan. Pada penderita ditemukan perdarahan
sedikit, ostium uteri telah menutup, dan uterus sudah banyak mengecil.
Diagnosis dapat dipermudah apabila hasil konsepsi dapat diperiksa dan dapat
dinyatakan bahwa semuanya sudah keluar dengan lengkap.
5) Abortus
Servikalis
Pada abortus servikalis keluarnya hasil
konsepsi dari uterus dihalangi oleh ostium uteri eksternum yang tidak membuka,
sehingga semuanya terkumpul dalam kanalis servikalis dan serviks uteri menjadi
besar, kurang lebih bundar, dengan dinding menipis. Pada pemeriksaan ditemukan
serviks membesar dan di atas ostium uteri eksternum teraba jaringan.
6) Missed
Abortion
Missed abortion adalah
kematian janin berusia sebelum 20 minggu, tetapi janin yang telah mati itu
tidak dikeluarkan selama 8 minggu atau lebih. Etiologi missed abortion tidak
diketahui, tetapi diduga pengaruh hormone progesterone. Pemakaian Hormone
progesterone pada abortus imminens mungkin juga dapat menyebabkan missed
abortion.
Diagnosis
Missed abortion biasanya didahului oleh
tanda-tanda abortus imminens yang kemudian menghilang secara spontan atau
setelah pengobatan. Gejala subyektif kehamilan menghilang, mamma agak mengendor
lagi, uterus tidak membesar lagi malah mengecil, tes kehamilan menjadi negatif.
Dengan ultrasonografi dapat ditentukan segera apakah janin sudah mati dan
besamya sesuai dengan usia kehamilan. Perlu diketahui pula bahwa missed
abortion kadang-kadang disertai oleh gangguan pembekuan darah karena
hipofibrinogenemia, sehingga pemeriksaan ke arah ini perlu dilakukan.
7) Abortus
Habitualis
Abortus habitualis adalah abortus
spontan yang terjadi 3 kali atau lebih berturut turut. Pada umumnya penderita
tidak sukar menjadi hamil, tetapi kehamilannya berakhir sebelum 28 minggu.
Yaitu:
Menghentikan
kehamilan sebelum janin dapat hidup di luar tubuh ibu. Pada umumnya dianggap
bayi belum dapat hidup diluar kandungan
apabila kehamilan belum mencapai umur 28 minggu, atau berat badan bayi
belum 1000 gram, walaupun terdapat kasus bahwa bayi dibawah 1000 gram dapat
terus hidup.
3. Teknik
Abortus
A. Pembedahan
·
Dilatasi serviks yang diikuti oleh
pengosongan isi uterus
o
Kuretase
o
Aspirasi vakum (kuretase dengan
penyedotan)
o
Dilatasi dan evakuasi
·
Laparatomi
o
Histerotomi
o
Histerektomi
B. Medis
·
Oksitosin intravena
·
Cairan hiperosmotik intra-amnion
o
Larutan salin 20 persen
o
Larutan urea 30 persen
·
Preparat prostaglandin E2, E2α
dan analog prostaglandin
o
Injeksi intra-amnion
o
Injeksi ekstraovuler
o
Insersi vagina
o
Injeksi parenteral
o
Per oral
·
Berbagai kombinasi tindakan di atas
·
Antiprogesteron RU 486
C. Etiologi
Penyebab
abortus adalah :
·
Ovofetal
·
Ibu
Pada
kehamilan minggu-minggu pertama (0-10 minggu) faktor ovofetal bertanggungjawab
atas sebagian besar abortus; pada kehamilan selanjutnya (11-22 minggu) faktor
ibu menjadi lebih umum.
Faktor
ovofetal
Pemeriksaan
janin dengan ultrasonografi dan selanjutnya pemeriksaan histologik menunjukan
bahwa pada 70 persen kasus, ovum yang telah dibuahi gagal berkembang dengan
baik atau mengalami malformasi. Pada 40 persen dari kasus ini, kelainan
kromosom mendasari terjadinya aborsi. Pada 20 persen abortus, trofoblas gagal
mengadakan implantasi secara adekuat.
Faktor
ibu
Penyakit
sistemik pada ibu, terutama infeksi bertanggung jawab terhadap 2 persen
abortus. Sebanyak 8 persen berikutnya berhubungan dengan kelainan uterus
seperti kelainan kongenital, mioma uteri, terutama tumor submukosa atau
inkompetensi servikal. Penyebab psikosomatik diduga merupakan penyebab abortus
utama tetapi bukti sulit di evaluasi.
Mekanisme
Abortus
Penyebab
abortus yang paling dekat adalah pelepasan embrio parsial atau komplit akibat
perdarahan kecil di dalam desidua. Ketika terjadi kegagalan fungsi plasenta,
uterus mulai berkontraksi sehingga proses abortus mulai. Jika terjadi sebelum
minggu ke 8, embrio defektif yang tertutup vili dan desidua cenderung dikeluarkan
dalam gumpalan (yang disebut ‘blighted ovum’), walaupun sedikit produk konsepsi
dapat tertahan di dalam uterus maupun serviks. Perdarahan uterus terjadi
sewaktu proses pengeluaran.
Antara
minggu ke 8 dan ke 14, mekanisme di atas dapat terjadi atau membran ketuban
dapat ruptur sehingga mengeluarkan janin yang cacat tetapi gagal mengeluarkan
plasenta. Plasenta ini dapat menonjol di ostium serviks eksterna atau tetap
melekat pada dinding uterus. Tipe abortus ini dapat diikuti perdarahan yang
banyak.
Antara
minggu ke 14 dan 22, janin biasanya dikeluarkan dengan diikuti plasenta
beberapa saat kemudian. Plasenta lebih jarang tertahan. Biasanya perdarahan
tidak berat, tetapi rasa nyeri dapat hebat, sehingga menyerupai ‘persalinan
kecil’.
Jelas
dari uraian di atas bahwa abortus diikuti oleh perdarahan uterus dan nyeri,
dengan intensitas bervariasi. Walaupun abortus merupakan penyebab perdarahan
per vaginam pada kehamilan dini pada lebih dari 95 persen kasus,
penyebab-penyebab yang lebih jarang seperti kehamilan ektopik, perdarahan
serviks karena eversi epitelium atau polip endoserviks; mola hidatidosa; dan,
jarang, karsinoma serviks harus disingkirkan.
D. Patofisiologi
Pada awal abortus terjadi
perdarahan desiduabasalis, diikuti dengan nerkrosis jaringan sekitar yang menyebabkan
hasil konsepsi terlepas dan dianggap benda asing dalam uterus. Kemudian uterus
berkontraksi untuk mengeluarkan benda asing tersebut.
Pada kehamilan kurang dari 8
minggu, villi korialis belum menembus desidua secara dalam jadi hasil konsepsi
dapat dikeluarkan seluruhnya. Pada kehamilan 8 sampai 14 minggu, penembusan
sudah lebih dalam hingga plasenta tidak dilepaskan sempurna dan menimbulkan
banyak perdarahan. Pada kehamilan lebih dari 14 minggu janin dikeluarkan
terlebih dahulu daripada plasenta hasil konsepsi keluar dalam bentuk seperti
kantong kosong amnion atau benda kecil yang tidak jelas bentuknya (blightes
ovum),janin lahir mati, janin masih hidup, mola kruenta, fetus kompresus,
maserasi atau fetus papiraseus.
E. Penanganan
a. Abortus
imminens
Penanganan abortus imminens meliputi :
·
Istirahat baring. Tidur berbaring
merupakan unsur penting dalam pengobatan, karena cara ini menyebabkan
bertambahnya aliran darah ke uterus dan berkurangnya rangsang mekanik.
·
Terapi hormon progesteron intramuskular
atau dengan berbagai zat progestasional sintetik peroral atau secara
intramuskular.Walaupun bukti efektivitasnya tidak diketahui secara pasti.
·
Pemeriksaan ultrasonografi untuk
menentukan apakah janin masih hidup.
b. Abortus
insipiens
Penanganan Abortus insipiens meliputi :
·
Jika usia kehamilan kurang 16 minggu,
lakukan evaluasi uterus dengan aspirasi vakum manual. Jika evaluasi tidak
dapat, segera lakukan:
o
Berikan ergomefiin 0,2 mg intramuskuler
(dapat diulang setelah 15 menit bila perlu) atau misoprostol 400 mcg per oral
(dapat diulang sesudah 4 jam bila perlu).
o
Segera lakukan persiapan untuk
pengeluaran hasil konsepsi dari uterus.
·
Jika usia kehamilan lebih 16 minggu :
o
Tunggu ekspulsi spontan hasil konsepsi
lalu evaluasi sisa-sisa hasil konsepsi.
o
Jika perlu, lakukan infus 20 unit
oksitosin dalam 500 ml cairan intravena (garam fisiologik atau larutan ringer
laktat dengan kecepatan 40 tetes permenit untuk membantu ekspulsi hasil
konsepsi.
·
Pastikan untuk tetap memantau kondisi
ibu setelah penanganan.
c. Abortus
inkompletus
Penanganan abortus inkomplit :
·
Jika perdarahan tidak seberapa banyak
dan kehamilan kurang 16 minggu, evaluasi dapat dilakukan secara digital atau
dengan cunam ovum untuk mengeluarkan hasil konsepsi yang keluar melalui
serviks. Jika perdarahan berhenti, beri ergometrin 0,2 mg intramuskulera taum
iso prostol4 00 mcg per oral.
·
Jika perdarahan banyak atau terus
berlangsung dan usia kehamilan kurang 16 minggu, evaluasi hasil konsepsi dengan
:
o
Aspirasi vakum manual merupakan metode
evaluasi yang terpilih. Evakuasi dengan kuret tajam sebaiknya hanya dilakukan
jika aspirasi vakum manual tidak tersedia.
o
Jika evakuasi belum dapat dilakukan
segera beri ergometrin 0,2 mg intramuskuler (diulang setelah 15 menit bila
perlu) atau misoprostol 400 mcg peroral (dapat diulang setelah 4 jam bila
perlu).
·
Jika kehamilan lebih dari 16 minggu:
o
Berikan infus oksitosin 20 unit dalam
500 ml cairan intravena (garam fisiologik atau ringer laktat) dengan kecepatan 40 tetes per menit sampai terjadi
ekspulsi hasil konsepsi.
o
Jika perlu berikan misoprostol 200 mcg per
vaginam setiap 4 jam sampai terjadi ekspulsi hasil konsepsi (maksimal 800 mcg).
o
Evaluasi sisa hasil konsepsi yang
tertinggal dalam uterus.
·
Pastikan untuk tetap memantau kondisi
ibu setelah penanganan.
d. Abortus
kompletus
Penderita dengan abortus kompletus tidak
memerlukan pengobatan khusus, hanya apabila penderita anemia perlu diberikan
tablet sulfas ferrosus 600 mg perhari atau jika anemia berat maka perlu
diberikan transfusi darah.
e. Abortus
servikalis
Pada abortus servikalis terapi terdiri
atas dilatasi serviks dengan busi Hegar dan kerokan untuk mengeluarkan hasil
konsepsi dari kanalis servikalis.
f. Missed
abortion
Setelah diagnosis
missed abortion dibuat, timbul pertanyaan apakah hasil konsepsi perlu segera
dikeluarkan. Tindakan pengeluaran itu tergantung dari berbagai faktor, seperti
apakah kadar fibrinogen dalam darah sudah mulai turun. Hipofibrinogenemia dapat
terjadi apabila janin yang mati lebih dari I bulan tidak dikeluarkan. Selain
itu faktor mental penderita perlu diperhatikan karena tidak jarang wanita yang
bersangkutan merasa gelisah, mengetahui ia mengandung janin yang telah mati,
dan ingin supaya janin secepatnya dikeluarkan.
F. Komplikasi
·
Kematian ibu
·
Dampak pada kehamilan mendatang
·
Syok septik
·
Gagal ginjal akut
Bab 3 Asuhan Keperawatan Teori
Proses keperawatan adalah metode kerja dalam pemberian
pelayanan keperawatan untuk menganalisa masalah pasien secara sistematis,
menentukan cara pemecahannya, melakukan tindakan dan mengevaluasi hasil tindakan
yang telah dilaksanakan.
Proses keperawatan adalah serangkaian perbuatan atau
tindakan untuk menetapkan, merencanakan danmelaksanakan pelayanan keperawatan
dalam rangka membantu klien untuk mencapai dan memelihara kesehatannya
seoptimal mungkin. Tindakan keperawatan tersebut dilaksanakan secara berurutan,
terus menerus, saling berkaitan dan dinamis.
Pengkajian
Pengkajian adalah pendekatan sistematis untuk
mengumpulkan data dan menganalisanya sehingga dapat diketahui masalah dan
kebutuhan perawatan bagi klien.
Adapun hal-hal
yang perlu dikaji adalah :
·
Biodata
: mengkaji identitas klien dan penanggung yang meliputi ; nama, umur, agama,
suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, perkawinan ke- , lamanya
perkawinan dan alamat
·
Keluhan utama
: Kaji adanya menstruasi tidak lancar dan adanya perdarahan pervaginam berulang
·
Riwayat
kesehatan , yang terdiri atas :
1) Riwayat
kesehatan sekarang yaitu keluhan sampai saat klien pergi ke Rumah Sakit atau
pada saat pengkajian seperti perdarahan pervaginam di luar siklus haid,
pembesaran uterus lebih besar dari usia kehamilan.
2) Riwayat
kesehatan masa lalu
·
Riwayat pembedahan
: Kaji adanya pembedahan yang pernah dialami oleh klien, jenis pembedahan,
kapan, oleh siapa dan di mana tindakan tersebut berlangsung.
·
Riwayat penyakit
yang pernah dialami : Kaji adanya penyakit yang pernah
dialami oleh klien misalnya DM, jantung, hipertensi, masalah
ginekologi/urinary, penyakit endokrin, dan penyakit-penyakit lainnya.
·
Riwayat
kesehatan keluarga : Yang dapat dikaji melalui
genogram dan dari genogram tersebut dapat diidentifikasi mengenai penyakit
turunan dan penyakit menular yang terdapat dalam keluarga.
·
Riwayat
kesehatan reproduksi : Kaji tentang mennorhoe, siklus
menstruasi, lamanya, banyaknya, sifat darah, bau, warna dan adanya dismenorhoe
serta kaji kapan menopause terjadi, gejala serta keluahan yang menyertainya
·
Riwayat
kehamilan , persalinan dan nifas : Kaji bagaimana
keadaan anak klien mulai dari dalam kandungan hingga saat ini, bagaimana
keadaan kesehatan anaknya.
·
Riwayat seksual
: Kaji mengenai aktivitas seksual klien, jenis kontrasepsi yang digunakan serta
keluahn yang menyertainya.
·
Riwayat
pemakaian obat : Kaji riwayat pemakaian
obat-obatankontrasepsi oral, obat digitalis dan jenis obat lainnya.
·
Pola aktivitas
sehari-hari : Kaji mengenai nutrisi, cairan dan
elektrolit, eliminasi (BAB dan BAK), istirahat tidur, hygiene, ketergantungan,
baik sebelum dan saat sakit.
Pemeriksaan
fisik, meliputi :
Inspeksi adalah proses observasi yang sistematis
yang tidak hanya terbatas pada penglihatan tetapi juga meliputi indera
pendengaran dan penghidung.
Hal yang
diinspeksi antara lain :
Mengobservasi kulit terhadap warna, perubahan warna,
laserasi, lesi terhadap drainase, pola pernafasan terhadap kedalaman dan
kesimetrisan, bahasa tubuh, pergerakan dan postur, penggunaan ekstremitas,
adanya keterbatasan fifik, dan seterusnya
Palpasi adalah menyentuh atau menekan permukaan
luar tubuh dengan jari.
o
Sentuhan : merasakan suatu pembengkakan, mencatat suhu, derajat
kelembaban dan tekstur kulit atau menentukan kekuatan kontraksi uterus.
o
Tekanan : menentukan karakter nadi, mengevaluasi edema, memperhatikan
posisi janin atau mencubit kulit untuk mengamati turgor.
o
Pemeriksaan dalam : menentukan tegangan/tonus otot atau respon nyeri yang
abnormal
Perkusi adalah melakukan ketukan langsung atau tidak langsung
pada permukaan tubuh tertentu untuk memastikan informasi tentang organ atau
jaringan yang ada dibawahnya.
o
Menggunakan jari : ketuk lutut dan dada dan dengarkan bunyi yang
menunjukkan ada tidaknya cairan , massa atau konsolidasi.
o
Menggunakan palu perkusi : ketuk lutut dan amati ada tidaknya refleks/gerakan
pada kaki bawah, memeriksa refleks kulit perut apakah ada kontraksi dinding
perut atau tidak
Auskultasi adalah mendengarkan bunyi dalam tubuh dengan bentuan
stetoskop dengan menggambarkan dan menginterpretasikan bunyi yang terdengar.
Mendengar : mendengarkan di ruang antekubiti untuk tekanan darah, dada untuk
bunyi jantung/paru abdomen untuk bising usus atau denyut jantung janin.
(Johnson & Taylor, 2005 : 39)
Pemeriksaan laboratorium :
o
Darah
dan urine serta pemeriksaan penunjang : rontgen, USG, biopsi, pap smear.
o
Keluarga
berencana : Kaji mengenai pengetahuan klien tentang KB, apakah klien setuju,
apakah klien menggunakan kontrasepsi, dan menggunakan KB jenis apa.
Data lain-lain :
·
Kaji
mengenai perawatan dan pengobatan yang telah diberikan selama dirawat di
RS.Data psikososial.
·
Kaji
orang terdekat dengan klien, bagaimana pola komunikasi dalam keluarga, hal yang
menjadi beban pikiran klien dan mekanisme koping yang digunakan.
·
Status
sosio-ekonomi : Kaji masalah finansial klien
·
Data
spiritual : Kaji tentang keyakinan klien terhadap Tuhan YME, dan kegiatan
keagamaan yang biasa dilakukan.
Diagnosa Keperwatan
1. Devisit
Volume Cairan s.d perdarahan
2. Gangguan
Aktivitas s.d kelemahan, penurunan sirkulasi
3. Gangguan
rasa nyaman: Nyeri s.d kerusakan jaringan intrauteri
4. Resiko
tinggi Infeksi s.d perdarahan, kondisi vulva lembab
5. Cemas
s.d kurang pengetahuan
Intervensi Keperwatan
1. Devisit
Volume Cairan s.d Perdarahan
Tujuan :
Tidak terjadi devisit volume
cairan, seimbang antara intake dan output baik jumlah maupun kualitas.
Intervensi :
1)
Kaji kondisi status hemodinamika
Rasional
: Pengeluaran cairan pervaginal sebagai akibat abortus memiliki karekteristik
bervariasi
2)
Ukur pengeluaran harian
Rasional
: Jumlah cairan ditentukan dari jumlah kebutuhan harian ditambah dengan jumlah
cairan yang hilang pervaginal
3)
Berikan sejumlah cairan pengganti harian
Rasional
: Tranfusi mungkin diperlukan pada kondisi perdarahan massif
4)
Evaluasi status hemodinamika
Rasional :
Penilaian dapat dilakukan secara harian melalui pemeriksaan fisik
2. Gangguan
Aktivitas s.d kelemahan, penurunan sirkulasi
Tujuan :
Kllien dapat melakukan aktivitas
tanpa adanya komplikasi
Intervensi :
1)
Kaji tingkat kemampuan klien untuk
beraktivitas
Rasional
: Mungkin klien tidak mengalami perubahan berarti, tetapi perdarahan masif
perlu diwaspadai untuk menccegah kondisi klien lebih buruk
2)
Kaji pengaruh aktivitas terhadap kondisi
uterus/kandungan
Rasional
: Aktivitas merangsang peningkatan vaskularisasi dan pulsasi organ reproduksi
3)
Bantu klien untuk memenuhi kebutuhan
aktivitas sehari-hari
Rasional
: Mengistiratkan klilen secara optimal
4)
Bantu klien untuk melakukan tindakan
sesuai dengan kemampuan/kondisi klien
Rasional
: Mengoptimalkan kondisi klien, pada abortus imminens, istirahat mutlak sangat
diperlukan
5)
Evaluasi perkembangan kemampuan klien
melakukan aktivitas
Rasional
: Menilai kondisi umum klien
3. Gangguan
rasa nyaman : Nyeri s.d Kerusakan jaringan intrauteri
Tujuan :
Klien dapat beradaptasi dengan
nyeri yang dialami
Intervensi :
1)
Kaji kondisi nyeri yang dialami klien
Rasional
: Pengukuran nilai ambang nyeri dapat dilakukan dengan skala maupun dsekripsi.
2)
Terangkan nyeri yang diderita klien dan
penyebabnya
Rasional
: Meningkatkan koping klien dalam melakukan guidance mengatasi nyeri
3)
Kolaborasi pemberian analgetika
Rasional
: Mengurangi onset terjadinya nyeri dapat dilakukan dengan pemberian analgetika
oral maupun sistemik dalam spectrum luas/spesifik
4. Resiko
tinggi Infeksi s.d perdarahan, kondisi vulva lembab
Tujuan :
Tidak terjadi infeksi selama
perawatan perdarahan
Intervensi :
1)
Kaji kondisi keluaran/dischart yang
keluar ; jumlah, warna, dan bau
Rasional :
Perubahan yang terjadi pada dishart dikaji setiap saat dischart keluar. Adanya
warna yang lebih gelap disertai bau tidak enak mungkin merupakan tanda infeksi
2)
Terangkan pada klien pentingnya
perawatan vulva selama masa perdarahan
Rasional
: Infeksi dapat timbul akibat kurangnya kebersihan genital yang lebih luar
3)
Lakukan pemeriksaan biakan pada dischart
Rasional
: Berbagai kuman dapat teridentifikasi melalui dischart
4)
Lakukan perawatan vulva
Rasional
: Inkubasi kuman pada area genital yang relatif cepat dapat menyebabkan
infeksi.
5)
Terangkan pada klien cara
mengidentifikasi tanda inveksi
Rasional
: Berbagai manivestasi klinik dapat menjadi tanda nonspesifik infeksi; demam
dan peningkatan rasa nyeri mungkin merupakan gejala infeksi
6)
Anjurkan pada suami untuk tidak
melakukan hubungan senggama se;ama masa perdarahan
Rasional
: Pengertian pada keluarga sangat penting artinya untuk kebaikan ibu; senggama
dalam kondisi perdarahan dapat memperburuk kondisi system reproduksi ibu dan
sekaligus meningkatkan resiko infeksi pada pasangan.
5. Cemas
b.d kurang pengetahuan
Tujuan :
Tidak terjadi kecemasan, pengetahuan klien dan
keluarga terhadap penyakit meningkat
Intervensi :
1)
Kaji tingkat pengetahuan/persepsi klien
dan keluarga terhadap penyakit
Rasional : Ketidaktahuan dapat menjadi dasar peningkatan rasa cemas
Rasional : Ketidaktahuan dapat menjadi dasar peningkatan rasa cemas
2)
Kaji derajat kecemasan yang dialami
klien
Rasional
: Kecemasan yang tinggi dapat menyebabkan penurunan penialaian objektif klien
tentang penyakit
3)
Bantu klien mengidentifikasi penyebab
kecemasan
Rasional
: Pelibatan klien secara aktif dalam tindakan keperawatan merupakan support
yang mungkin berguna bagi klien dan meningkatkan kesadaran diri klien
4)
Asistensi klien menentukan tujuan
perawatan bersama
Rasional
: Peningkatan nilai objektif terhadap masalah berkontibusi menurunkan kecemasan
5)
Terangkan hal-hal seputar aborsi yang
perlu diketahui oleh klien dan keluarga
Rasional
: Konseling bagi klien sangat diperlukan bagi klien untuk meningkatkan
pengetahuan dan membangun support system keluarga; untuk mengurangi kecemasan
klien dan keluarga.
Bab 4 Penutup
A. Kesimpulan
Abortus adalah
pengakhiran kehamilan dengan cara apapun sebelum janin cukup berkembang untuk
dapat hidup di luar kandungan. Abortus dapat di bedakan dalam abortus spontan
dan abortus kriminalis. Pelaksanaan abortus kriminalis dapat memberikan dampak
yang berbahaya bagi pasien, antara lain perdarahan, syok, bahkan kematian ibu.
B. Saran
Dari kesimpulan makalah
di atas kita dapat mempelajari bagaimana tindakan abortus dan dampaknya, untuk
itu penulis menyarankan kepada kita sebagai calon perawat dan atau perawat
untuk tidak melakukan tindakan abortus dalam hal ini abortus kriminalis.
Penulis pun menyarankan agar para pembaca lebih memperluas lagi pengetahuan,
sehingga kita mampu melakukan tindakan perawatan yang seharusnya pada
pasien-pasien yang mengalami abortus maupun pada pasien-pasien dengan kasus
lainnya.
Daftar Pustaka
Llewellyn-Jones,
Derek.2002. Dasar-dasar obstetri dan
ginekologi edisi 6. Jakarta: Penerbit Hipokrates.
Cunningham,
F-Gary dkk.1995. Obstetri Williams edisi 18. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC.
Amore.2008.
Jenis-jenis abortus di kutip dari
http://myotherworld.blogspot.com/2008/07/jenis-jenis-abortus.html pada 6
februari 2012 pukul 11.40.
Hidayat.2009.askep
abortus di kutip dari
http://hidayat2.wordpress.com/2009/04/08/askep-abortus/
pada 6 februari 2012 pukul 11.47.
Geghans.2009.
Pengertian dan macam-macam abortus dikutip dari http://geghans.blogspot.com/2009/09/pengertian-dan-macam-macam-abortus.html
pada 6 februari 2012 pukul 11.55.
Komentar
Posting Komentar